Senin, 14 Oktober 2013

Budaya Indonesia yang terlupakan (Lagu Rasa Sayange)


Rasa Sayang e

Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu berbahasa asli Maluku yang diklaim oleh pihak Malaysia yang berasal dariMelayu, Malaysia. Lagu ini merupakan lagu anak anak yang selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu oleh masyarakatMaluku untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat.

Jika didengarkan, lagu ini layaknya seperti sajak atau pantun yang bersahutan, yang merupakan tradisi lisan orang Maluku. Oleh karenanya banyak versi dari lagu ini karena liriknya dapat dibuat sendiri sesuai maksud dan tujuan dari lagu tersebut.

Namun dari liriknya tetap diawali oleh kalimat Rasa sayange rasa sayang sayange, Eeee lihat dari jauh rasa sayang sayange dan di akhir lagu ini liriknya selalu diakhiri dengan kalimat Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi.

Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulanOktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu adalah salah. Gubernur melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansormenyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. Pada tanggal 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim, mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia. Namun, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa mereka mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, antara Indonesia dan Malaysia.


Mengapa lagu Rasa Sayang E mulai terlupakan?
Maraknya pengklaiman malaysia terhadap budaya kita membuat rakyat Indonesia gerah kepada malaysia,Mulai dari batik,reog,rendang,hingga lagu rasa sayange.hal ini pun membuat hubungan antara kedua negara sedikit meregang(kayak pacaran saja)
Masyarakat indonesia dengan gencar mengecam dan merasa marah pada rakyat malaysia yang secara terang-terangan mengklaim budaya asli milik kita.demo besar besaran diadakan dimana-mana.semangat cinta dalam negeri meningkat tajam di seluruh pelosok negeri.
Di sisi lain apakah kita tak pernah berpikir patutkah kita marah pada malaysia.kita sendiri yang marah pada malaysia apakah tahu dan paham budaya yang diklaim oleh mereka.apakah jita tahu sejarah dari reog,apa kita tahu makna dari bumbu -bumbu rendang itu?
Para pemuda cenderung mencintai budaya negeri lain yang tak selalu membawa dampak positif bagi kita.free sex,dugem, merupakan kegiatan yang paling disenangi pemuda kita saat ini.film tentang cinta menjadi tontonan wajib bagi pemuda bangsa kita.
Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri,teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk.banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri.mulai dari gak gaul sampai ndeso en katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka.
Namun saat ini mereka tidak sadar apa yag mereka perebutkan,kita ini sebenarnya masih punya itu semua,hanya saja tak dimanfaatkan dengan baik,dan ketika dimanfaatkan dengan baik oleh orang lain kita tidak terima.

Solusi agar budaya kita tidak telupakan.
Mungkin jika saya ibaratkan kita tak ubahnya anak kecil dengan banyak mainan,kita tak sadar betapa banyak mainan kita sehingga terlupakan.dan ketika salah satu mainan kita diambil anak lain,kita marah-marah memperebutkan mainan itu walauun nantinya mainan itu tak dimainkan lagi.
Daripada kita cuma berteriak tanpa mereaka dengar,kenapa tidak kita tunjukkan kalau kita mencintai budaya kita sendiri,tunjukkan kita bisa melestarikan budaya kita.cintai tak cuma di mulut saja.tapi dengan perbuatan nyata yang membuat dunia ternganga pada kita betapa melimpahnya dan indahnya kebudayaan kita

Sumber: klik Di Sini






Tidak ada komentar:

Posting Komentar