Senin, 26 Januari 2015

Sosial Masyarakat Kota di Masyarakat

Pendekatan dari satu disiplin ilmu memberikan penger­tian  kota  yang berbeda dengan disiplin ilnm  yang  lain. Konsepsi kota pada masa lalu berbeda dengan masa sekarang. Bahkan  konsepsi  kota dari suatu negara berbeda  dengan negara lain.

Hal-hal tersebut di atas menunjukan bahwa banyak faktor  atau  unsur yang ada, membentuk  dan  berpengaruh terhadap keberadaan dan perkembangan suatu kota, sehingga dapat dikatakan bahwa kota merupakan suatu sistem (Chad-wick,1981).

Dalam kehidupan sehari-hari kota akan selalu tampak sibuk.  Warga kota yang menjadi penghuni  kota memerlukan tempat  berteduh,  tempat  bekerja,  tempat  bergaul,  dan tempat  menghibur  diri. Oleh karena  itu,  dapat  dilihat beberapa  aspek kehidupan kotaantara lain  aspek  sosial, ekonomi, budaya, pemerintah dan sebagainya.

Pada umumnya kota selalu dipandang sebagai pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan pendidikan, pusat pemerin tahan dan sebagainya. Jadi. fungsi dan  peranannya  atau sumber pengaruh atau sumber stimulasinya banyak berasal dari kota. Ditinjau dari interaksi tempat, kota itu memiliki tingkat atau rengking yang tertinggi, walaupun demikian dari tempat-tempat pemukiman yang sederhana.

Menurut Bintarto (1989) dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan stratasosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang matrialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan matrialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.

Dari fakta, kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup dan tempat rekreasi. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota harus didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai untuk waktu yang selama mungkin

Menurut Bintarto (1989) modernisasi kota mempunyai pengaruh terhadap, jumlah penduduk kota, keanekaragaman struktur sosial dan ekonomi, kebijaksanaan penggunaan sumber-sumber keuangan, kelembagaan kota dan sebagainya.

Modernisasi ternyata juga tidak selalu memberi manfaat terhadap kehidupan, tetapi dapat juga berpengaruh sebaliknya dan untuk itu tentunya diharapkan modernisasi dapat melenyapkan pencemaran lingkungan terutama di kota yang sudah terjadi penurunan kualitas lingkungan.

Seseorang  yang sudah lama meninggalkan sebuah  kota, kemudian kembali ketempat itu, tentu akan merasakan betapa kota yang dahulunya sejuk dan segar, sekarang telah berubah menjadi panas dan berdebu.

Salah satu faktor penyebab naiknya  temperatur  kota adalah  arus urbanisasi yang deras masuk kota. Kota yang dahulunya hanya didiami puluhan ribu penduduk saja sekarang didiami ratusan penduduk.

Jelas bahwa urbanisasi dapat menaikan angka kepadatan yang mengakibatkan kota semakin sumpek dan panas. Banyaknya  orang  akan menaikkan konsumsi energi  dan  penggunaan alat-alat  rumah tangga yang menghasilkan  panas  buangan. Kalau  hanya  dilihat pada satu atau dua alat  saja, efek sampingnya dapat diabaikan, tetapi jika ratusan ribu alat-alat  digunakan  dalam kota, tentu hal ini  sedikit  banyak mempunyai andil dalam menaikan temperatur kota.

DAMPAK URBANISASI DAN PERKEMBANGAN KOTA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
Secara naluriah, manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, melalui berbagai cara dan usaha dalam bentuk budaya, mempunyai kehendak yang antara  lain untuk
1. Mempertahankan dirinya;
2. Mempertahankan hidup generasinya melalui   kebutuhan hidupnya;
3. Mengembangkan kehidupannya, melalui pemenuhan kebutuhan hidupnya, namun banyak faktor yang mempengaruhi baik secara langsung maupun  tidak langsung terhadap hidup dan kehidupan  manusia.

Melalui berbagai cara dan media, diperoleh  informasi bahwa  peluang untuk mengembangkan kehidupannya,  melalui pemenuhan  kebutuhan hidupnya lebih baik di  daerah urban dari pada di rural. Keadaan yang demikian merupakan faktor pendorong dan penarik banyak orang (baik laki-laki maupun wanita) dari daerah perdesaan untuk mengadu nasibnya di daerah perkotaan. Urbanisasi dilakukan untuk mempertahankan  hidup dan mempercepat proses pengembangan  kehidupan. Namun dengan serba kontrasnya keadaan antara daerah perdesaan dan daerah perkotaan sebagai akibat dari kebijaksanaan pembangunan yang urban bias (Todari, 1985) menjadikan usaha  tersebut justru dapat menimbulkan  dampak  negatif bagi yang bersangkutan.

Menurut  Marbun  (1990)  di  darah perkotaan  dampak negatif tersebut antara lain timbulnya:
1. Permukiman kumuh, dan permukiman liar;
2. Banyak tuna wisma maupun tuna karya;

Perbuatan pelanggaran hukum khususnya hukum pidana seperti kriminalitas, prostitusi dan sebagainya. Prostitusi,  sebagai  salah  satu   dampak  negatif urbanisasi melalui berbagai usaha telah lama diusahakan untuk  diatasi. Namun pada kenyataannya prostitusi masih hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia. baik secara kuantitas maupun kualitas.

Sumber : http://susatyoadhi.unwiku.ac.id/?p=34


Tidak ada komentar:

Posting Komentar