Film Cut Nyak
Dhien menceritakan kisah perjuangan seorang cut nyak dhien pada masa penjajahan
melawan belanda patut untuk kita apresiasi. Sebagai warga negara Indonesia kita
patut bangga dan bersyukur memiliki banyak pejuang yang telah rela berkorban
untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pentingnya sikap patriotik pada bangsa yang dapat dijadikan contoh atau teladan
dari seorang cut nyak dien sangat banyak sekali, diantaranya sikap keberanian
dan kegigihan melawan para tentara belanda yang ingin menguasai wilayah aceh.
Dibalik kodratnya sebagai seorang wanita cut nyak dien memiliki semangat juang
dan kegigihan yang begitu luar biasa yang mungkin jarang kita temukan wanita seperti cut nyak dien di zaman
sekarang. Nilai penting dalam patriotisme dapat menanamkan rasa cinta kita
kepada bangsa sendiri, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi
bangsa Indonesia. Hal-hal strategis
yang dilakukan cut nyak dien dalam mempertahankan
wilayah aceh diantaranya adalah ketika cut nyak dien menerima lamaran teuku
umar, yang sebelumnya cut nyak dien menolak namun karena teuku umar
mempersilahkan cut nyak dien untuk ikut bertempur dalam medan perang akhirnya
cut nyak dien menerimanya dan menikah dengan teuku umar. Dan pada saat teuku umar
memiliki rencana untuk menipu belanda
dengan berpura-pura mendekati belanda sehingga hubungannya dengan belanda
semakin kuat dan pada saat itu teuku umar dituduh sebagai penghianat cut nyak
dien selalu berusaha menasehati teuku umar untuk melawan belanda. Kemudian
disaat teuku umar telah meninggal karena tertembak oleh peluru cut nyak dien
lah yang menggantikan teuku umar menjadi seorang pemimpin untuk melawan
belanda. Latar belakang ketahanan nasional dari perjuangan cut nyak dien karena
rasa cintanya cut nyak dien kepada bangsa indonesia, dia tidak ingin
bangasanya diinjak-injak oleh bangsa lain, semangat itulah yang melahirkan
kegigihan yang begitu luar biasa pada diri cut nyak
dien.
Sinopsis Terkait :
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet
Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November
1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.
Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim
Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada
tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah
hendak menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan
Belanda, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi
karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak
Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak
yang diberi nama Cut Gambang. Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia
bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur
saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang
sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat
itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya
yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya
ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai
sembuh. Namun, keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga
masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Dhien
dibuang ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908
dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar